Hikayat Ganja Aceh, Antara Portugis dan Belanda

Hikayat Ganja Aceh, Antara Portugis dan Belanda


Lingkar Ganja Nusantara (LGN) menyambangi Rusdi Sufi, yang oleh beberapa kalangan di Aceh dijuluki sebagai 'kamus sejarah berjalan'. Rusdi juga dikenal banyak mengetahui soal sejarah di Aceh, salah satunya soal hikayat ganja di Aceh.

Dalam keterangan yang disampaikan aktivis LGN yang concern akan ganja, Peter Dantovski, mereka menyambangi Rusdi yang juga dosen sejarah di FKIP Unsyiah dan UIN Ar-Raniry.

"Menurut Pak Rusdi, ada pendapat yang mengatakan bahwa ganja dibawa ke Aceh oleh para pelaut Eropa. Pendapat tersebut saat ini mendominasi opini publik terutama di media-meda sosial. Sementara ada pihak yang lain yang meyakini pendapat bahwa ganja adalah tanaman asli Aceh. Lantas, mana yang benar? Itulah gunanya penelitian," jelas Peter.

Masih mengutip Rusdi, ada banyak versi yang mengatakan bahwa bangsa Aceh telah sejak sangat lampau memanfaatkan ganja sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat. Kemudian berkembang cerita bahwa dalam rangka persaingan dagang dan politik antara kerajaan Belanda dan Portugis di wilayah Kesultanan Aceh. 

Maka konon ceritanya orang-orang Belanda meminta supaya diberikan ganja di dalam bumbu masakan yang akan dihidangkan kepada orang-orang Portugis. Akibatnya setelah mengkonsumsi hidangan yang mengandung ganja tersebut orang-orang Portugis merasa nyaman dan tertidur. Saat itulah kemudian Belanda dapat mengalahkan saingan mereka itu. 

"Cerita seperti di atas tersebut dapat ditemukan di dalam naskah-naskah yang berisi laporan-laporan dari para pelaut yang berperan sebagai utusan atau perwakilan kerajaan-kerajaan Eropa seperti Belanda, Portugis, Spanyol, atau pun Perancis," terang Peter menirukan Rusdi.

Versi lain, ada yang menjelaskan bahwa bangsa Aceh telah sejak sangat lampau berkenalan dan kemudian akrab dengan makhluk Tuhan dari jenis tetumbuhan dan bernama ganja tersebut.

"Menurut Pak Rusdi, dapat kita temukan di dalam kitab-kitab pengobatan Melayu kuno yang ditulis di dalam bahasa Arab dan Melayu, seperti 'Mujarabab' dan 'Tajulmuluk' (Tujuh Petunjuk)," tegas Peter.

"Menurut pak Rusdi, cerita-cerita tersebut memang tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang dapat menjelaskan soal asal-usul tanaman ganja di Aceh, tetapi setidaknya dari cerita-cerita seperti tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk pelacakan atau penelitian yang lebih mendalam tentang sejarah ganja di Aceh dalam perspektif yang luas," tambah Peter. 

Penelusuran sejarah ganja di Aceh khususnya, dan Nusantara secara umum akan memiliki arti yang tidak saja penting tetapi juga strategis terutama karena pohon ganja adalah jenis tetumbuhan yang sangat besar manfaat dan kegunaannya bagi kehidupan. Dari perspektif ekonomi, pohon ganja saat ini menjadi salah satu tumpuan harapan bagi peningkatan kesejahteraan di banyak Negara di dunia; Belanda, Amerika Serikat, Uruguay, China, Inggris, Perancis, Rusia, Kanada, Spanyol, dan lainnya. Pemanfaatannya menyeluruh mulai dari industri, pengobatan, hingga rekreasional.

"Satu hal yang paling menarik dan barangkali paling penting dari seluruh obrolan dengan pak Rusdi tersebut adalah perspektifnya sebagai bangsa Aceh dalam memandang atau menyikapi upaya penelitian ganja yang pertama di Republik Indonesia ini. Sebagai orang Aceh Pak Rusdi memandang bahwa penelitian sejarah ganja Nusantara ini adalah sebuah hal yang penting bagi bangsa Aceh," tutur dia. 

sumber : detik.com
Share on Google Plus

About Redaksi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar